Rabu, 17 Juli 2013

Ketika Cinta …….


FF2N1 Sesi 2
Tema kedua : "Endless Love" – Instrumental

Ketika Cinta …….

            Wanita berwajah senduh itu duduk terdiam di depan rumahnya. Matanya bagai memandang sesuatu yang tak terjangkau. Jiwanya bagai berkelana entah kemana. Tak ada yang berubah dengan Niken Tiar, hanya kulitnya yang mulai kendur dimakan oleh perjalanan waktu.

            Wajah itu, senyum itu, dan tatapan itu, semuanya masih sama ketika Ia memutuskan untuk angkat kaki dari rumah kedua orang tuanya. Langkahnya menyisahkan sedih yang mendalam dihati ibu dan bapaknya, airmata kedua adik perempuannya mengantar paksa punggung yang kian menghilang di ujung lorong.

            Semua yang dilakukannya itu mengatasnamakan Cinta. Cinta yang menurutnya harus diperjuangkan, cinta yang harus dibayar mahal dengan meninggalkan keluarga tercintanya.

Cinta itu, berawal dari pandangan seorang pemuda yang datang ke desanya untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. Sang lelaki yang mentereng, membuat kedua orang tuanya tidak memberi restu pada kisah cinta mereka. Ini lantaran, gaya yang angkuh dan sering merendahkan orang desa kerap kali diperlihatkan oleh pemuda itu.

“Apa yang kamu harapkan toh, dari lelaki seperti si Rian itu?”

“Ibu ga ngerti sih, Tiar udah cinta bu sama mas Rian”

“Kalau hanya modal cinta, kamu ga bakal hidup, nak”

“Tapi bu….”

Belum sempat Tiar menyelesaikan ucapannya, bapaknya yang kebetulan kepala desa di kampung itu langsung marah-marah mendengar omongan Tiar dan Ibunya.

“Pokok e’ bapak tetap ga bakal kasih kamu restu. Kalau kamu memang tetap ga dengar bapak. Kamu harus memilih keluarga ini atau lelaki kota tak tahu malu itu,”

Tiar-pun lari sambil terisak di kamarnya.

“Jangan terlalu keras toh pak, Tiar-kan masih muda. Mungkin Cuma cinta monyet”

Ternyata ibunya salah menilai anak gadisnya. Tiar akhirnya lebih memilih bersama lelaki yang baru dikenalnya itu ke kota, ketimbang tinggal bersama bapak, ibu dan kedua adik perempuannya.

Namun, waktu berjalan begitu cepat. 15 tahun telah berlalu dari masa-masa pahit itu. Kenyataan hidup-pun tidak seindah yang ditawarkan si lelaki pada wanitanya. Lelaki yang hanya berhasil menjadi pegawai biasa di sebuah kantor swasta, tidak berhasil mewujudkan semua janji-janjinya.

Apa daya? Tiar hanya mampu menyesali semuanya. Setelah Rian lebih memilih wanita lain ketimbang menjaga cinta suci mereka. Mau pulang kampung halaman-pun Tiar sudah kepalang malu. Hanya Rindu yang tertahan yang membuatnya tetap bisa memandang hari esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar