FF2N1
Sesi 2
Tema
kedua : "Endless
Love" – Instrumental
Ketika
Cinta …….
Wanita berwajah senduh itu duduk
terdiam di depan rumahnya. Matanya bagai memandang sesuatu yang tak terjangkau.
Jiwanya bagai berkelana entah kemana. Tak ada yang berubah dengan Niken Tiar, hanya
kulitnya yang mulai kendur dimakan oleh perjalanan waktu.
Wajah itu, senyum itu, dan tatapan
itu, semuanya masih sama ketika Ia memutuskan untuk angkat kaki dari rumah
kedua orang tuanya. Langkahnya menyisahkan sedih yang mendalam dihati ibu dan
bapaknya, airmata kedua adik perempuannya mengantar paksa punggung yang kian
menghilang di ujung lorong.
Semua yang dilakukannya itu
mengatasnamakan Cinta. Cinta yang menurutnya harus diperjuangkan, cinta yang
harus dibayar mahal dengan meninggalkan keluarga tercintanya.
Cinta itu, berawal dari pandangan
seorang pemuda yang datang ke desanya untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. Sang
lelaki yang mentereng, membuat kedua orang tuanya tidak memberi restu pada
kisah cinta mereka. Ini lantaran, gaya yang angkuh dan sering merendahkan orang
desa kerap kali diperlihatkan oleh pemuda itu.
“Apa yang kamu harapkan toh, dari
lelaki seperti si Rian itu?”
“Ibu ga ngerti sih, Tiar udah cinta
bu sama mas Rian”
“Kalau hanya modal cinta, kamu ga
bakal hidup, nak”
“Tapi bu….”
Belum sempat Tiar menyelesaikan
ucapannya, bapaknya yang kebetulan kepala desa di kampung itu langsung
marah-marah mendengar omongan Tiar dan Ibunya.
“Pokok e’ bapak tetap ga bakal kasih
kamu restu. Kalau kamu memang tetap ga dengar bapak. Kamu harus memilih
keluarga ini atau lelaki kota tak tahu malu itu,”
Tiar-pun lari sambil terisak di
kamarnya.
“Jangan terlalu keras toh pak,
Tiar-kan masih muda. Mungkin Cuma cinta monyet”
Ternyata ibunya salah menilai anak
gadisnya. Tiar akhirnya lebih memilih bersama lelaki yang baru dikenalnya itu
ke kota, ketimbang tinggal bersama bapak, ibu dan kedua adik perempuannya.
Namun, waktu berjalan begitu cepat.
15 tahun telah berlalu dari masa-masa pahit itu. Kenyataan hidup-pun tidak
seindah yang ditawarkan si lelaki pada wanitanya. Lelaki yang hanya berhasil
menjadi pegawai biasa di sebuah kantor swasta, tidak berhasil mewujudkan semua
janji-janjinya.
Apa daya? Tiar hanya mampu menyesali
semuanya. Setelah Rian lebih memilih wanita lain ketimbang menjaga cinta suci
mereka. Mau pulang kampung halaman-pun Tiar sudah kepalang malu. Hanya Rindu
yang tertahan yang membuatnya tetap bisa memandang hari esok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar