Selasa, 15 April 2014

#ProjekMenulis - Senang Itu Sederhana



           Kehidupan tidak akan berjalan lurus dan selalu berisi kesenangan. Dimana ada pertemuan, yakinlah disisi bumi yang lain akan ada perpisahan yang terjadi di waktu yang bersamaan. Begitu pula yang kualami 2 (dua) bulan yang lalu. Kantor mengutusnya untuk menjabat sebagai manager di salah satu kantor di pulau Jawa.
            Ibarat matahari yang tertutupi awan, begitulah hari-hariku kini. Pisah dengan kedua orang tua, ponakan yang lucu serta teman-teman yang selalu setia untuk berbagi memang tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi, kota yang sudah menjadi saksi kisah cinta yang Ia jalani dengan seseorang.
            Langkah terasa berat meninggalkan semuanya. Namun, kehidupan tidak akan pernah menunggu. Waktu terus saja meranggak dengan santai, tanpa pernah mau memberikan kesempatan seseorang untuk menarik nafas.
            Semuanya berjalan tanpa pernah ada daya tuk menghentikan ataupun memutar mundur jarum jam. Roda kehidupan kembali berjalan normal. Akupun sudah mulai belajar beradaptasi dengan semua hal di tempat baru ini. Meski, tidak semudah yang dibayangkan.
            “Tiiitt….Tiiitttt…Tiiiittt.” Bunyi handphone di atas meja yang kubiarkan tergeletak begitu saja di dekat printer. Hanya kepalaku yang kugoyangkan untuk menengok pesan dari siapa yang baru saja mendarat di ponsel bercasing serba kuning itu.
            “Mama…” Gumamku bergegas mengambil handphone. Berharap ada hal yang akan menyelipkan rasa senang yang sudah lama ku tinggalkan.
            Lindu, jika sempat dan punya waktu, tahun baru ini kita berlibur ke Bali. Semua keluarga setuju. Kami berangkat tanggal 24 Desember nanti. Sampai ketemu di pulau dewata sayang. Always miss you honey.
            Pesan yang cukup panjang, bagi mama yang anti mengetik sms. “Pasti, Pras ponakan sulungku yang mengetikkan sms ini,” pikirku geli jika membayangkan mama akan maksa si gadis tomboy itu.
Meski demikian, sms tadi seakan mampu menyibak awan tebal yang menghalangi pancaran matahari dalam kehidupan Lindu Adelweys Zatin Sahari. Wanita yang masih memilih melajang diusianya yang sudah memasuki usia 30 tahun ini, memang tidak punya jawaban yang pas jika ada yang menanyakan soal jodoh.
“Masih 2 minggu lagi, semoga semuanya kerjaan beres sebelum tahun baru.” Senyum senang tak bias disembunyikan dari wajahnya yang manis.
 Lindu menggerakkan jemarinya di atas layar sentuh ponselnya, dan menjawab sms mama dengan perasaan berbunga-bunga. “Iya ma, saya juga sudah kangen sama semuanya. Kita ketemu di Bali akhir tahun ini.”
Seminggu berlalu begitu cepat, pekerjaan masih sangat menumpuk. Lindu hanya mampu mengelus dada dan berharap ada bantuan yang dikirim Tuhan untuk mengatasi masalahnya. Banyaknya berkas para pelamar yang harus dipelajari dan dieksekusi, membuatnya hampir mati akal dan mengubur keinginannya berlibur.
Lindu memang dikirim ke pulau Jawa untuk menempati posisi manager HRD di perusahaan broadcasting berjaringan. Kebutuhan kantor akan manusia-manusia kreatif dalam jumlah banyak membuat Lindu kewalahan memeriksa berkas satu per satu, sebelum akhirnya menggelar tes tertulis dan wawancara secara serempak.
Masih ada sekitar 50 berkas yang belum tersentuh. Padahal, waktu tinggal 7 hari lagi. “Come on, everything should be finished as vacation waiting. Pleaseee .. help me god,” ucap Lindu memegang kepalanya.
“Something happens to you, Ms.Lindu,” suara berat Mr. Robert menyentak tubuhnya.
Everything is fine. No worry. I’m Ok, Mr. Robert” Bibir Lindu berusaha membentuk senyum tulus pada atasannya.
I’m not sure, you are Ok. Are you have no plans to take holiday?
Lindu hanya tersenyum pasrah tanpa menjawab. Mr. Robert sangat mengenal siapa Lindu, wanita yang sudah mengabdi di kantor itu sejak Ia masih kuliah. Sekitar 9 tahun silam dan sampai saat ini, Lindu terkenal tidak pernah mengeluh meski pekerjaannya sangat banyak.
Take off for a few days. Bali can be an interesting place to visit. There is ticket for you. I think 7 days for vacation that’s you need at this time,” Mr. Robert menyerahkan tiket dan meninggalkan Lindu dengan perasaan yang campur aduk antara senang dan bingung.
“Terima kasih Tuhan, Engkau selalu mengerti apa yang ku butuhkan.”
 Pesawat Garuda yang membawa Lindu untuk berlibur, mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Ngurah Rai. Aroma yang sejuk menyerbu masuk di kedua hidung wanita yang nyetrik ini. Jilbabnya yang terurai dan menari-menari disentuh angin laut kotanya Para Dewa.
Ponsel Ia aktifkan ketika sudah memasuki gedung bandara. Tidak sabar rasanya bertemu semua keluarga dan melepas rindu. Dengan lincah, jemarinya menjadi nomor ponsel yang bertuliskan My Lovely Mom.
“Ma.. Saya sudah sampai, sekarang masih nunggu bagasi dulu. Mama dimana?”
“Sudah diluar nungguin Lindu, ayo cepat.. kita sudah pada lapar nih,” kata mama senang mendengar anak gadisnya sudah sampai.
“Mama….. Hai Pras, masih tomboy saja sih. Kirain dah pakai gaun. Kan jemput te’Lin tersayangnya,” Pras hanya tersenyum dan memeluk tante kesayangannya.  
“Mana yang lain Ma?”
“Sudah duluan ke Nusa Dua, kita mau makan Bebek Bengil kesukaan kamu?”
“Lho.. Ma, bebek itu bukannya adanya di Ubud kan? Koq Nusa Dua sih?” Lindu antara bingung dan senang menu santap malamnya bebek bengil.
“Sekarang sudah ada di Nusa Dua juga, tempatnya keren deh. Pasti kamu suka. Ayo..cepat, Mama juga sudah lapar nih.” Mereka bergegas meninggalkan Bandara dan menuju Nusa Dua.
Udara malam yang dingin, tidak berhasil mengambil rasa gembira yang tak terkira malam ini. Libur dari tugas yang membuatnya hampir gila beberapa minggu belakangan ini. Lega rasanya berada ditengah-tengah keluarga yang tak pernah terpisah lama dengannya.
“Waaahhhh… kereennn, tempatnya asyiiikkk bangett Ma,” Lindu turun dari mobil dengan wajah yang sangat senang dan terkagum-kagum. Aroma bebek bengil yang menggairahkan, seakan memanggilnya ke dalam lebih cepat dari yang bisa dibayangkan oleh siapapun.

Riuhnya canda ponakan dan keluarganya, membuat Lindu terdiam dan membatin “Ternyata senang itu sederhana. Tidak harus memiliki uang segunung atau perusahaan yang besar. Bukan pula didapatkan dari jabatan yang disegani di kantor. Tetapi, berkumpul, tertawa bareng serta melihat semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, ternyata memiliki arti yang sangat luar biasa,”
Ya.. senang, berkumpul, berlibur, menghabiskan waktu dengan terus mendekap orang-orang tersayang akan membuat seseorang menemukan rumah tempat mereka kembali. Dimana pun itu, rumah akan dijumpai ketika semua anggota keluarga berkumpul dalam keadaan sehat. Seperti akhir tahun ini, kami berkumpul dan menghabiskan waktu di pulau Dewata sambil menikmati panorama yang ditawarkan The Bay Bali.

 Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered! (dengan tulisan The Bay Bali yang di link ke website: www.thebaybali.com).