EVERY
DAY WRITING 04 (1 AGUSTUS 2013)
Jatuh
Cinta….(PRrreeEEetTT)
Setelah kejadian kemarin yang tidak mengenakkan
hati. Hari ini, Dita memutuskan untuk mengurungkan niatnya ke salon. Dita lebih
memilih untuk berdiam diri di dalam kamarnya, tanpa melakukan apapun. Hanya sesekali
duduk, baring lagi, turun ke kamar mandi karena kebelet, trus tidur lagi,
mengecek Hp sambil tiduran, bahkan kegiatan-kegiatan kecil, seperti bersihin
telinga, ngupil dilakukan Dita sambil berbaring.
Peristiwa pingsan di depan rumah,
menciptakan satu gundukan baru di belakang kepala Dita. Jadinya, selain memang
pening kalau lama-lama duduk, akhirnya Dita memilih untuk lebih banyak
berbaring hari ini.
Untungnya, rumah tidak seramai
biasanya. Karina dan Andi sudah berangkat sekolah sejak pukul 7. Papa juga
akhirnya masuk kerja hari ini. Mama yang biasanya betah di rumah, pagi tadi
diajak sama ibu RT untuk ikut kegiatan di kelurahan. Katanya sih, untuk
menambah keterampilan sebagai ibu rumah tangga.
“Lho…Mama mau kemana? Koq sudah OK
banget penampilannya, baru juga jam 8 pagi?”
“Biasa ada urusan” Mama menjawab
tanpa melihat ke arah Dita, karena sedang sibuk memoles bibirnya dengan lipstik
merah marun.
“Urusan?? Tumben Ma ada urusan
diluar rumah. Biasanya juga Mama milih nongkrongin TV karena ada gossip dan
FTV. Kemana sih Ma?”
“Urusan di kelurahan, diajak sama
Ibu RT”
“Di kelurahan??”
“Iya, kelurahan. Memangnya Mama ga pantas
ya ke kelurahan. Padahal, gaya dan potongan Mama-kan sudah mirip ibu-ibu
pejabat daerah, Ta”
Dita hanya tersenyum, melihat
tingkah Mamanya yang centil di depan kaca.
“Kamu istirahat saja di rumah. Ga
usah ke salon dulu. Nanti malah benjol kamu nambah satu lagi,” Mama memberi nasehat
sambil senyum-senyum mengingat kejadian heboh kemarin.
“Memangnya Dita mau kemana Ma,
dengan keadaan hancur kayak gini. Ini bukan Cuma hancur tapi bonyok. Ada juga
orang bakal terheran-heran lihat cewek semanis dan secantik Dita kayak mobil
ringsek habis ketabrak,”
“Kalau mobil sih bagus Ta, masih bisa
masuk bengkel ketok magic. Laaa, kalau muka kamu di masukin bengkel ketok
magic, malah tambah benjol, Ta. Ada-ada aja kamu nih kalau ngomong,”
Dita tidak kuat untuk menangkis
pernyataan Mama barusan, karena kalau diterusin, hasilnya malah makin parah dan
bisa dipastikan panjang. Dita hanya menjawab dengan anggukan sambil senyum yang
sedikit dipaksa.
“Ibu Elena.. Ibu.. sudah siap belum?”
“Tuh, Ma. Ibu RT sudah manggil. Cepat
gih, kasihan kalau kelamaan nunggu di depan,”
“Ta, gimana penampilan Mama? Sudah
OK-kan?”
“Iya, sudah OK. Dua jempol deh buat
Mama,” Dita sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Mama melambaikan tangan dan berlalu.
Tinggallah Dita seorang diri di rumah. Dita menutup pintu, lalu kembali naik ke
kerajaannya. Kembali berbaring, dan terlelap.
Dita terbangun oleh suara berisik
Karina dan teman-temannya di ruang makan. Dita hanya mengintip ke bawah, dan
memberi isyarat agar sedikit mengurangi volume suara mereka. Karina menjawabnya
dengan anggukan.
“Huuusssstt… kecilin suara kalian
dikit dong, kasian kaka Dita sedang sakit. Pasti butuh istirahatkan,”
“Sakit apa?” Kiki bertanya dengan
muka penasaran.
“Ya..sakit,”
“Iya..sakitkan pasti ada namanya?”
“Sakit kepala Kikiiii, sudah kita
lanjut lagi ngerjain tugasnya,”
“Ooo…Sakit kepala, nah, gitukan enak
dengarnya,” Karina hanya bisa bengong dengar pernyataan Kiki.
“Enak dengarnya, ada-ada saja” ujar
Karina dalam hati, sambil geleng-geleng.
Dita yang mendengar samar-samar
perbincangan adik perempuannya hanya bisa tersenyum. Akhirnya Dita kembali
meraih Handphonenya. Mengecek beberapa pesan yang masuk dan ternyata dari
operator provider. Tidak ada pesan yang penting, atau sekedar ajakan kumpul
bareng dari geng lollipopnya di kampus.
Di waktu yang bersamaan, Reza juga
membuka handphone. Niat awalnya sih, mau nanyain kabar Dita hari ini. Tapi,
Reza cepat-cepat mengurungkan niatnya, takutnya Dita jadi ingat kejadian
kemarin. Apalagi Benjol di belakang kepalanya juga hasil ciptaan Reza, karena
persoalan salon dan Brian.
Berbarengan ternyata mereka iseng
menyentuh icon WeChat, memilih menu “social” dan kembali menyentuh “Look Around”.
Pikiran Dita dan Reza hanya satu, siapa tahu saja bisa dapat gebetan baru.
“Woow.. siapa nih cowok masang foto
Omar Borkan (cowok Arab yang dideportasi karena terlalu cakep) sebagai Display Picture pasti orangnya juga
cakep? Tapi, koq jaraknya deket banget sama rumah ini. Siapa ya?”
Pertanyaan yang sama juga
dilontarkan oleh Reza saat melihat foto yang terpasang sebagai DP di WeChat
Dita. Foto Astrid Tiar dipilih Dita untuk dipasang di DP WeChat-nya. Ditambah lagi
“Tiar Cute” nama yang terpampang disamping foto. Reza berinisiatif untuk
mengirimkan pesan perkenalan, kan memang gitu. Kudu cowok yang mulai.
“Hai..Salam kenal”
Seperti kesamber petir di siang
bolong, tiba-tiba Dita duduk dan senyum-senyum tidak jelas. Belum sempat
terbalas, satu pesan lagi di terima Dita.
“Kamu tinggal di Kompleks Perumahan
Permadani Indah juga ya? Di blok berapa?”
“Wow..agresif juga nih cowok,” Batin
Dita
“Hai..Salam Kenal juga. Iya saya
tinggal di kompleks itu juga koq”
Tidak sampai semenit, satu pesan
lagi Dita terima.
“Koq, saya ga pernah lihat ya? Nama
kamu siapa?”
Dita jadi gelagapan membaca pesan si
cowok yang sudah sok kenal, dan sok akrab.
“Panggil saja Tiar, kalau kamu?”
Dita terus saja tersenyum, dan lupa dengan sakit kepala yang menderanya sejak
pagi.
“Ooo Tiar, Hai Tiar. Salam kenal
lagi ya. Panggil saja saya Omar, si gandeng dari sunda hehehe”
“Wah.. pasti gandeng
beneran nih, kan orang sunda manis-manis hehe. Lumayan, paling banter bisa
nyaingin Brian, cowok maco bin kece tapi nyalon,” Dita terus saja bicara dengan
dirinya sendiri. Bunyi “Bip” pada Hp yang membawa Dita keluar dari lamunannya.
“Tiar..koq ga dibalas sih?”
“Ehh.. iya Mar, Maaf ya. Kamu tinggal
di blok mana?”
Reza berpikir keras, saat membaca
pesan dari teman barunya di WeChat, dan tidak langsung membalas pesan yang baru
saja dibacanya.
“Kalau saya bilang blok E, pasti
ketahuan deh, aaahhh ga seru jadinya,” Oceh Reza memberi jawaban pada pesan
yang masuk.
“Omaaarr..Maaarr, koq ga dibalas
sih?”
“Saya tinggal di blok G, kalau kamu?”
“Di blok E, dekat kan dengan blok G?”
“Bego banget, koq ngaku sih tinggal
di blok E, Aduhhh…..Aaaaoooowwww” tidak sengaja Dita menepuk jidat dan kena
benjol yang masih merah merona.
“Blok E???? dibagian mana?”
“Mampus deeehhh, kan….. ketahuan
deh, apalagi kalau ngaku tinggal di blok E gang Buntu. Pasti ketahuan deeehh,”
Dita jadi jingkrak-jingkrak ga karuan, dan mencoba memutar otak untuk ngasih
jawaban yang tidak gampang ditebak.
“Kan ga seru, kalau ketahuannya
cepat banget”
“Tiar, Blok E bagian mana? Saya ada
teman di blok E, siapa tahu kamu kenal?”
“AAaahhh…dia punya teman lagi di
Blok E, Adduuuuhhh koq malah tambah ribet sih,” Dita masih belum menemukan
jawaban yang pas buat balas pesan Omar alias Reza di WeChat.
“Hallloooo… koq lama baru balasnya?”
“Diiitttaaaa….. Mama pulanggg, kamu
masih tidur ya?”
“Untunglah….”
“Apanya yang untung Ta? Koq Mama ga
dibagi-bagi kalau untung?”
“Ga ada apa-apa koq, Ma. Tadi Dita
ngomong sendiri”
“Astaga.. Dita jadi suka ngomong
sendiri. Apa ini karena pengaruh kepalanya yang kebentur ya? Mama harus telepon
Papa kalau gini, bisa gawat kalau dibiarkan” Mama bergegas ke kamarnya dan
mengambil HP.
“Maaf ya, saya mau temanin Mama
dulu. Sampai jumpa di lain waktu..Omar. Bye” balas Dita mengakhiri
perbincangannya dengan teman barunya.
“Okay Tiar, sampai jumpa. Ini saya
kirimkan fotoku. Disimpan ya..”
“Waahhh… ganteng juga nih cowok,
tapi koq ga pernah ketemu ya selama ini,” jawab Dita Senang saat melihat foto yang
dikirim Omar. Padahal foto yang dikirim adalah foto sepupu Reza yang tinggal di
Bandung, dan sekarang lagi lanjutin kuliah di Amerika. Jadi wajar, kalau Dita
tidak pernah lihat cowok itu.
Hati Dita jadinya berbunga-bunga. Menuruni
tangga seakan sedang turun dari surga. Dunia terasa Indah, semua rasa sakit
karena benjol hilang entah kemana. Dita terus saja bersenandung lagu Jatuh
Cinta milik Titiek Puspa. Mama yang keluar dari kamar mengambil Hp, dibuat
semakin panik melihat keadaan anak gadisnya yang semakin aneh, bersenandung,
senyam-senyum ga jelas.
“Tit..tit….tit… Assalamu Alaikum,”
“Wa alaikum salam, Pa..Papa”
“Bukan saya bukan Papa, saya Baskoro
bu,”
“Lhoo…tadi yang saya pencet nomor
Papa koq. Kenapa bapak yang angkat??” Mama jadi gregetan. Sedangkan Papa sudah
tidak bisa nahan tawanya.
“Ya..sudah. Maaf Pak, mungkin saya
yang salah..Tut..tutt..tut..” belum sempat Papa menjawab, telepon sudah ditutup
oleh Mama. Papa akhirnya terbahak, mengingat tingkah istri tercintanya.
“Tit..tit…titt… Assalamu Alaikum,”
“Lho…koq Bapak lagi yang angkat
handphone suami saya?? Bapak Rampok yaa??” Mama semakin ngotot.
“Hallooo… Ma,”
“Kenapa Bapak ambil Handphone suami
saya? Memangnya suami saya salah apa?” Mama naik pitam.
“Ma..Maaamaaa…Hallloooo, Maaa…Maaaamaaa,
ini Papa, suami kamu tercinta sayang,”
“Aaahhhh, Papa?? Katanya tadi Pak
Baskoro?”
“Laaahhh, Mama koq lupa nama suami
sendiri? Mama..Papa ini namanya Baskoro Iman, Mama Masih ingatkan?”
“Ooooo iya ya, Pa. Mama koq bisa
lupa ya? Hehehe” Mama akhirnya terbahak mendengar jawaban Papa.
“O iya, Ma. Ada yang penting ingin
dibicarain ya, Ma? Papa Mau meeting nih soalnya,”
“Emang harus ada yang penting ya,
baru Mama bisa menelpon Papa” Mama lupa tujuan awal menghubungi Papa.
“Ya.. nggalah istriku sayang”
Belum sempat Mama menjawab gombalan
Papa, Dita melintas ke ruang nonton sambil berdendang.
“OOooooooo IIyyaaa Paaa… Gaawwaaaattt… Gawwaaaaaattt ini Pa,”
“Gawat kenapa Ma? Apa yang Gawat??”
Papa ikutan panik.
“Si Dita, Pa..Dita anak kita”
“Iya, Dita anak kita Ma, masa anak
tetangga. Dita memangnya kenapa?”
“Dita jadi rada-rada aneh Pa,”
“Aneh bagaimana?? Mama kalau ngomong
jangan sembarangan ah?”
“Aneh Papa.. Dita senyam-senyum
sendiri, nyanyi-nyanyi lagu jadul, menari-menari,”
“Yang benar, Ma?”
“Jangan-jangan karena benturan
dikepalanya ya Pa”
“Waaahhh…gawat tuh, Ma. Ya sudah,
Papa meeting dulu, setelah itu kita bawa Dita ke dokter. Siapa tahu otak Dita
bergeser?”
“Otak Bergeser Pa.. memangnya bisa
ya??”
“Adduuhhh Mama, sudah dulu ya. Bos Papa
udah nungguin rapat nih. Bentaran aja bahas Otak yang bergeser ya. Assalamu
alaikum istriku sayang”
Mama jadinya bengong dan manyun
dengar jawaban Papa. Sedangkan Dita terus saja menari-nari kegirangan.
Tidak sampai sejam, Papa sudah balik
ke rumah. Karena takut ada apa-apa dengan anaknya, akhirnya Papa minta ijin
pulang cepat dari kantor.
“Ma…Maammaa, Mana Dita Ma?”
“Tuuuhhh Pa, di ruang nonton” Mama
menunjuk Dita yang masih menari-nari tidak jelas sejak sejam yang lalu.
“Iya ya Ma, Anak kita jadi Aneh”
“Eh Papa sudah balik toh, kan masih
jam 3 sore. Tumben baliknya cepat?” Dita mengagetkan Papa dan Mama yang bengong
memperhatikan tingkahnya.
“Dita..kamu baik-baik saja-kan?”
“Iya..Dita baik-baik saja koq Pa.
Memangnya ada yang aneh ya Pa sama Dita?”
“Tidak koq, Cuma koq kamu nari-nari
ga jelas. Trus sejak kapan kamu suka lagu Titiek Puspa?” Tanya Papa menyelidik.
“Memangnya lagu yang Dita nyanyiin,
lagunya Titiek Puspa ya Pa?” Mendengar Jawaban Dita, Papa dan Mama saling
pandang-pandangan.
“Iya, nak”
“Wah.. Dita ga tahu darimana lagu
itu bisa memenuhi rongga kepala ini, alunan musiknya mengalir melalui bibir.
Sungguuh Indahhnya Duniaaa ini, Pa, Ma” Sekali lagi Mama dan Papa saling
pandang.
“Anak kita kenapa ya Pa?” Tanya Mama
berbisik.
“Ga tau juga Ma, Gawaat kelihatannya”
“Koq pada bisik-bisik sih, ikutan
sama Dita nari yuk, dan berdendang lagu Jatuh Cinta – Titiek Puspa,” Keduanya
semakin bingung melihat keadaan anaknya.
“Maaa…Paaa…koq malah bengong sih?”
Papa dan Mama tersenyum keki.
“Memangnya kalian ga pernah jatuh
cinta ya?”
“Jatuh cinta?” Mama dan Papa
menjawab bersamaan.
“Iya jatuh cinta, yang berjuta
rasanya itulah Ma, Pa”
“OOoo..kamu jatuh cinta ya, astaga”
“Aaaoooowwwwwww…” Papa kenapa nepuk
kepala Dita.
“Kirain Otak kamu bergeser akibat
terbentur kemarin,” Dita langsung manyun mendengar pernyataan.
“Ternyata.. Anak Mama jatuh Cinta,”
“Hahaa.. Mama Kira Dita kenapa
memangnya?”
“Jatuh Cinta…(PRrrreEEettttt)” Mama
tersenyum geli melihat Papa dan Dita menari-nari.