Kamis, 20 November 2014

#NBS_Pertemuan II_ Indonesia Hanya Membutuhkan Senyum Mereka


           Terlalu banyak orang merasa sistem pendidikan di Indonesia, berjalan di rel yang tidak semestinya. Tetapi, jika ditanya seperti apa sistem pendidikan yang mereka dambakan? Jawabannya belum bisa terdengar sama, masih beragam. Sama ketika sistem ini belum terjamah oleh tangan-tangan para sukarelawan.                    
            Pertemuan kedua, program Nulis Bareng Sobat memberikan sedikit keyakinan bahwa sistem pendidikan di negeri ini, tidaklah perlu perbaikan sebesar yang dibayangkan banyak orang. Cukuplah, membuatnya berjalan sesuai yang diinginkan para generasi penerus. Ya, karena merekalah yang akan menjalani semuanya.
Ice Breaking di pertemuan kedua
            Melalui kegiatan menulis, kami para pejuang aksara (relawan NBS) mengajak semua murid untuk dapat menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pertemuan kedua, memang belum meninggalkan jejak yang membekas bagi setiap murid di kelas 4 A SD Negeri Paccinang.     
            Salah seorang murid bernama Muhammad Ramadhani, membuatku terdiam sesaat. Ketika kelas akan usai dipertemuan kedua. Dia menyapaku dengan fasih, ya..dengan senyum yang khas dan tatapan mata yang selalu terlihat berbinar.
                “Bu Riri, apa kabar?”
            “Ia mengingat namaku, meski pertemuan kedua dilaksanakan terundur seminggu, lantaran bertepatan hari libur di tanggal 1 Hijriah, tepatnya 25 Oktober 2014,” Batinku menatapnya dengan menebar senyum gembira.
            Sedikit mengajak kembali ke pertemuan pertama Nulis Bareng Sobat, anak inilah yang mengeluarkan statement mengejutkan. Ketika semua anak hanya mendapatkan tugas menuliskan keterangan gambar yang diberi hanya 3 paragraf. Menurutnya itu terlalu sedikit, pernyataan yang membuatku selalu berharap ada kejutan-kejutan lain di setiap pertemuan yang akan kami lakukan nanti.
            Tepat seperti dugaanku, Ia selalu dapat memberiku kejutan. Meski, kejutan itu hanya karena Ia mengingat namaku dengan jelas. Perasaanku sedikit lega, mengingat negeri ini masih memiliki harapan tuk berubah menuju ke arah jauh lebih baik.
            Pertemuan kedua ini, kami mengajak semua murid untuk menggambarkan kondisi rumah mereka. Tidak ada hal yang menyulitkan mereka, justru terlihat jelas kegembiraan mereka ketika harus menceritakan apa saja yang ada di rumah mereka.
            Program ini memang baru saja berjalan 2 pertemuan, namun pendonasian waktu yang kami lakukan sedikit demi sedikit membuka tabir gelap dalam sistem pendidikan di sekolah ini. Ketika, murid kelas 4 lainnya kerap enggan tuk menulis atau mengasah kemampuan menulis mereka, anak-anak ini memperlihatkan hal yang berbeda.
Kegiatan Kelas 4 A di Pertemuan Kedua NBS
            Semua yang diberikan oleh pejuang aksara, diterima dengan senyuman dan kegembiraan. Seperti yang terlihat jelas dari senyum manis anak bernama Ramadhani yang tepat berdiri di hadapanku kala itu. Ternyata, Indonesia hanya membutuhkan lebih banyak senyum anak negeri, untuk mengubah dunia pendidikan menjadi seperti apa yang kita dambakan selama ini.
            Salah satu perubahan yang mulai terlihat yakni pemilihan kata serta kemampuan menulis mereka yang terus berkembang. Meskipun, keaktifan mereka sedikit tidak bisa dikendalikan oleh para pejuang aksara (relawan NBS). Semua itu tidak menghalangi proses perubahan yang akan kami lakukan melalui kegiatan Nulis Bareng Sobat.
Foto bareng Pejuang Aksara dan Murid-murid 4 A SDN Paccinang
            Kami masih tetap akan berjuang, meski hanya melalui serpihan kata-kata yang berusaha kami kumpul dari generasi penerus negeri ini. Melalui mimpi yang coba digambarkan melalui secarik kertas putih, serta menumbuhkan setiap harapan yang kadang redup, lantaran kondisi ekonomi yang menarik paksa seseorang tuk menyerah mengejar mimpi.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar