Terlalu banyak orang merasa sistem pendidikan di Indonesia, berjalan di rel yang tidak semestinya. Tetapi, jika ditanya seperti apa sistem pendidikan yang mereka dambakan? Jawabannya belum bisa terdengar sama, masih beragam. Sama ketika sistem ini belum terjamah oleh tangan-tangan para sukarelawan.
Pertemuan kedua, program Nulis
Bareng Sobat memberikan sedikit keyakinan bahwa sistem pendidikan di negeri
ini, tidaklah perlu perbaikan sebesar yang dibayangkan banyak orang. Cukuplah, membuatnya
berjalan sesuai yang diinginkan para generasi penerus. Ya, karena merekalah
yang akan menjalani semuanya.
Ice Breaking di pertemuan kedua |
Melalui kegiatan menulis, kami para
pejuang aksara (relawan NBS) mengajak semua murid untuk dapat menguasai bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Pertemuan kedua, memang belum meninggalkan
jejak yang membekas bagi setiap murid di kelas 4 A SD Negeri Paccinang.
Salah seorang murid bernama Muhammad
Ramadhani, membuatku terdiam sesaat. Ketika kelas akan usai dipertemuan kedua. Dia
menyapaku dengan fasih, ya..dengan senyum yang khas dan tatapan mata yang
selalu terlihat berbinar.
“Bu Riri, apa kabar?”
“Ia mengingat namaku, meski
pertemuan kedua dilaksanakan terundur seminggu, lantaran bertepatan hari libur
di tanggal 1 Hijriah, tepatnya 25 Oktober 2014,” Batinku menatapnya dengan
menebar senyum gembira.
Sedikit mengajak kembali ke pertemuan
pertama Nulis Bareng Sobat, anak inilah yang mengeluarkan statement
mengejutkan. Ketika semua anak hanya mendapatkan tugas menuliskan keterangan
gambar yang diberi hanya 3 paragraf. Menurutnya itu terlalu sedikit, pernyataan
yang membuatku selalu berharap ada kejutan-kejutan lain di setiap pertemuan
yang akan kami lakukan nanti.
Tepat seperti dugaanku, Ia selalu
dapat memberiku kejutan. Meski, kejutan itu hanya karena Ia mengingat namaku
dengan jelas. Perasaanku sedikit lega, mengingat negeri ini masih memiliki
harapan tuk berubah menuju ke arah jauh lebih baik.
Pertemuan kedua ini, kami mengajak
semua murid untuk menggambarkan kondisi rumah mereka. Tidak ada hal yang
menyulitkan mereka, justru terlihat jelas kegembiraan mereka ketika harus
menceritakan apa saja yang ada di rumah mereka.
Program ini memang baru saja
berjalan 2 pertemuan, namun pendonasian waktu yang kami lakukan sedikit demi
sedikit membuka tabir gelap dalam sistem pendidikan di sekolah ini. Ketika,
murid kelas 4 lainnya kerap enggan tuk menulis atau mengasah kemampuan menulis
mereka, anak-anak ini memperlihatkan hal yang berbeda.
Kegiatan Kelas 4 A di Pertemuan Kedua NBS |
Semua yang diberikan oleh pejuang
aksara, diterima dengan senyuman dan kegembiraan. Seperti yang terlihat jelas dari senyum
manis anak bernama Ramadhani yang tepat berdiri di hadapanku kala itu.
Ternyata, Indonesia hanya membutuhkan lebih banyak senyum anak negeri, untuk
mengubah dunia pendidikan menjadi seperti apa yang kita dambakan selama ini.
Salah satu perubahan yang mulai terlihat yakni
pemilihan kata serta kemampuan menulis mereka yang terus berkembang. Meskipun,
keaktifan mereka sedikit tidak bisa dikendalikan oleh para pejuang aksara
(relawan NBS). Semua itu tidak menghalangi proses perubahan yang akan kami
lakukan melalui kegiatan Nulis Bareng Sobat.
Foto bareng Pejuang Aksara dan Murid-murid 4 A SDN Paccinang |
Kami masih tetap akan berjuang,
meski hanya melalui serpihan kata-kata yang berusaha kami kumpul dari generasi
penerus negeri ini. Melalui mimpi yang coba digambarkan melalui secarik kertas
putih, serta menumbuhkan setiap harapan yang kadang redup, lantaran kondisi
ekonomi yang menarik paksa seseorang tuk menyerah mengejar mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar