LANGIT
tidak secerah kemarin saat kucoba membuka kaca jendela di ruang kerjaku di
kantor. Semuanya tampak abu-abu, seabu-abu hatiku yang dipenuhi kegundahan atas
proyek yang sudah lama dijalankan, tetapi hari ini harus kembali diulang dari
awal. Haruskah marah atau cukup hanya kecewa? Mengambil sikap pun jadinya tak
mampu kulakukan, tidak seperti biasanya.
**
PEMINDAHAN
tanggung jawab suatu proyek biasanya dilakukan karena ada masalah yang tak bisa
diselesaikan, namun beda halnya ketika proyek ini harus dipindah-tangankan ke
saya. Masalah yang dihadapi si penanggung jawab pada awalnya hanyalah masalah
pribadi yang berakhir pada berkurangnya kesehatan fisiknya, sehingga dianggap
tak mampu untuk menyelesaikan proyek dengan maksimal.
Ketika
diajak meeting untuk pertama kali,
bekalku hanya satu yakni konsep jadi yang sudah dibuat dan dirapatkan dengan si
penanggung jawab pertama. Sebenarnya banyak keuntungan yang bisa didapatkan,
saat Anda menyelesaikan proyek yang sudah berjalan, salah satunya Anda tak
harus berpikir untuk melahirkan sebuah konsep. Itu pikiran pintas yang coba
kutanam untuk menyenangkan hatiku yang menolak dan tak ingin menjalankan proyek
orang lain.
Bukan
mencoba untuk mempertahankan keidealisan ketika harus dihadapkan dengan masalah
seperti ini. Namun, menurut pengalaman saat menjalankan proyek dengan client, lebih enak jika konsep yang
dipakai adalah konsep yang dibuat sendiri. Alasannya ide awal biasanya akan
mempengaruhi Anda dalam memutuskan kebijakan terhadap client, dan alasan berikutnya alur konsep akan lebih matang dan
Anda akan lebih mampu meyakinkan client.
Tetapi,
semuanya harus dijalani layaknya hal yang biasa. Konsep jadi menjadi patokan
untuk bisa menghasilkan sebuah iklan yang diinginkan oleh client. Sejumlah meeting harus dijalani untuk memantapkan konsep
tersebut, namun sayangnya hatiku masih tak bisa merasakan sensasi kepuasaan di
setiap hasil pertemuan, hingga proses panjang pembuatan iklan itu sampai pada
tahap akhir yakni pengeditan.
***
“JIKA Anda
ingin mempertahankan konsep ini silahkan, tetapi kalau saya bolehkah ada konsep
yang lain?”
Pertanyaan
singkat itu masih terus saja terputar di kepalaku, layaknya kaset rusak yang
terus terulang dibagian yang sama. Hal inilah yang saya takutkan ketika
menerima penugasan proyek ini untuk pertama kalinya. Pertanyaan itu bermuara
pada kata dilema dan terus mengusikku hingga hari ini, dimana langit tak
menampakan wajah cerianya.
Hasil
meeting terakhir sebenarnya berawal
dari sebuah telepon seorang perempuan terhadap marketing yang mendapatkan proyek.
Perempuan itu yang tak lain adalah manager promosi di perusahaan yang menjadi client dalam pembuatan iklan ini. Dia meminta
agar membantunya untuk keluar dari masalah.
Awalnya
bingung, masalah apa yang bisa kami bantu, mengingat kami beda manajemen. Namun,
ketika Ia menyebutkan masalah iklan, pantaslah itu juga menjadi masalah yang
mengaitkan pihak kami.
Wanita
ini, memang beberapa kali saya jumpai ketika rapat terkait pemilihan konsep,
setelah konsep diputuskan, maka saya dan tim mulai mengeksekusi pembuatan
iklan, mulai dari menghubungi talent,
makeup artist hingga survey
lokasi pengambilan gambar. Beberapa minggu kami bergelut dengan pengambilan
gambar, selain masalah cuaca yang tak menentu, lokasi kedua yang ingin
digunakan untuk shooting belum
didapatkan oleh pihak clinet. Sampailah
pada akhir pengambilan gambar dan masuk dapur editing. Semuanya masih berjalan sesuai rencana hingga tahap ini. Lantas
dimana awal mula masalah itu lahir?
Ternyata
selama ini, rapat yang kami lakukan guna pemilihan konsep mungkin tidak
didiskusikan dengan si pemilik kebijakan tertinggi. Alhasil, si bos itu murka
dan menganggap bahwa Ia tidak pernah mengeluarkan keputusan untuk memilih konsep
iklan seperti yang kami buat. Bayangkan saja, kami telah menghabiskan waktu
sekitar 2 (dua) bulan hanya untuk membuat konsep itu menjadi sesuatu yang dapat
ditonton, dan akhirnya dimentahkan oleh sebuah kondisi yang tak mengenakkan
dalam manajemen mereka.
Itulah
awalnya, pihak marketing kantor kami yang coba bertindak bijak namun berujung
malapetaka pada proses pembuatan iklan. Namun, ketika saya sebagai
penanggungjawab konsep memperjuangan terkait talent yang terlibat dan bagaimana pembayarannya, justru dianggap
hal yang mudah dan kecil untuk diselesaikan.
Bukankah
ketika konsep berubah, maka talent
yang dilibatkan juga akan berubah. Ataukah saya yang berpikir terlalu keras
dalam situasi ini? Hingga langit kelabu pun membuatku tambah gelisah.
****
TIM
kerja yang baik itu, harus dilandasi dengan komunikasi yang baik. Itu prinsip
kerja yang saya tanamkan semenjak dipercaya untuk menjalankan beberapa proyek. Jadi
hal pahit ini pun harus kusampaikan dengan berat hati kepada semua pihak yang
terlibat.
Saya hanya
bagian dari sebuah tim kerja, dan tim kerja menjadi bagian dari kesepakatan
yang terikat “rupiah” yang harus dikeluarkan oleh client. Namun, terkadang ada sejumlah pihak terlalu mempermudah
suatu hal, dimana seharusnya hal tersebut harus diselesaikan dengan diskusi dan
duduk bersama. Tetapi, biasanya mereka bertindak hanya di atas permukaan air,
hingga riaknya baru akan terasa ketika ada orang yang turun dan membicarakannya
dengan tim kerja. Mereka juga tidak ingin tahu seberapa besar riak yang dihasilkan
atas keputusan mereka, itulah cerminan kerja sama dalam sebuah organisasi yang
dipayungi oleh badan hukum.
Konsep
harus kembali dibuat, mungkin ada hal positif yang didapatkan ketika Anda
mendapatkan penolakan. Setidaknya saya sadar, kerja dalam sebuah tim tidak
semudah yang dibayangkan oleh sebagian orang, komunikasi yang baik belum tentu
menghasilkan sesuatu seperti yang Anda bayangkan. Tetapi, tanpa komunikasi yang
baik, tim kerja tidak akan bekerja secara maksimal.
Jika
Anda memutuskan untuk bekerja dengan orang lain, secara otomatis Anda telah
siap untuk menjadi bagian tim kerja yang baik. Masalah jabatan itu hanya
sebatas tanggung jawab lebih yang diberikan oleh orang tersebut, tetapi pada
dasarnya semua tanggung jawab dan kerja yang harus dilakukan setiap anggota tim
itu sama. Jadilah anggota tim kerja yang baik, memberikan masukan dan
mengerjakan sebuah proyek hingga selesai. Kadang-kadang perasaan dan tidak enak
hati hanya akan membuat Anda berpikir negatif dan menghentikan langkah Anda.
Saya juga
masih terus mencoba dan belajar menjadi anggota tim kerja yang baik, entah itu
di kantor maupun di komunitas tempatku bernaung dan bertemu orang-orang muda
yang hebat, dimana mereka telah siap mengambil bagian dari sebuah perubahan. Perubahaan
atas dirinya, cara komunikasinya dan perubahan atas kerja kerasnya terhadap
ibu-ibu dan anak-anak yang masuk dalam program kerja tahunannya.
"Konsep jadi menjadi patokan untuk bisa menghasilkan sebuah iklan..."
BalasHapusKata "jadi" di atas itu memang begitu adanya atau typo Kak?
"...pihak clinet."
sepertinya yang dimaksud client yah, hehehehe...
Saya juga sedang belajar menjadi tim kerja yang baik. Ayo, sama-sama belajar. :)