Rabu, 24 April 2013

MOOD VS Filosofi Kentang


Hembusan angin dari Kipas bermesin dipojok ruangan, memberi sedikit ruang bagi setiap penghuni, untuk memasok oksigen ke dalam paru-paru sore ini.

Ngek..Ngik..ngek..ngik terdengar memberi sedikit instrumen disela-sela suara TV yang secara sengaja dibiarkan menyala sedari pagi tadi.

Kantuk menggelayut mesra di ujung-ujung mata para penghuni ruangan, hanya layar LCD di depan mereka yang membuat se...muanya tampak masih dalam keadaan normal dan berkonsentrasi tinggi.

Dua kejadian tidak mengenakkan menjadi pengisih kekosongan agenda hari ini. Rasa enak dan tidak enak sebenarnya hanya dibatasi oleh sekat yang diberinama MOOD.

Jika MOOD sedang berada dibawah rata-rata, apapun yang kita alami pasti terasa tidak mengenakkan. Tetapi, apabila MOOD sedang berada di kondisi normal, semuanya akan baik-baik saja.

Padahal, kondisi MOOD seseorang hanya dapat digambarkan, tanpa pernah seorang-pun mencoba untuk mencari tahu bentuk dan warna dari MOOD. Tidak ada juga yang pernah peduli, untuk sekedar mencari tips dan trik menjaga MOOD agar tetap stabil.

Mungkin bisa sedikit berteori dan memberi filosofi dengan nama "filosofi kentang" untuk menggelitik daya khayal yang jarang diasa oleh para penghuni diruangan yang berukuran 3x3 meter ini.

"Filosofi Kentang"

Kentang merupakan salah satu jenis Umbi yang dilahirkan dan dibesarkan oleh buaian sang Bumi. Gelap tak berujung menjadi teman setia dikala Kentang masih dibesarkan. Jika, dianggap Kentang sudah cukup umur untuk berpetualang di dunia yang jauh berbeda dari tempatnya bertumbuh kembang, Kentang-pun harus siap masuk ke tahap kehidupan selanjutnya.

Tetapi, mau tidak mau, terima ataupun tidak, Kentang harus siap, kapanpun si Pemilik menginginkan dirinya berada di dunia nyata, Kentang harus benar-benar siap. Bukan Tanpa ada kesempatan untuk mengelak. Kentang juga harus siap dipindah-tangankan kepada siapa saja yang ingin memilikinya.

Dan, Proses akhir yang harus dilalui oleh Kentang yakni bermetamorfosis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sang pemilik barunya. Diolah menjadi apapun Kentang harus selalu siap. Tetapi, bukan berarti Kentang tidak punya kesempatan untuk memilih dan memutuskan apapun tentang hidupnya.

Satu hal yang pasti, Kentang hanya mengikuti gerak takdir akan keberadaannya. Karena, dengan begitulah Kentang dapat mencapai puncak kesempurnaan dari proses penciptaannya.

"Mood" dan "Filosofi Kentang" ibarat dua sisi mata uang, yang hanya dipisahkan oleh sebuah kata "PILIHAN"..

Jika kita ingin sampai pada puncak kesyukuran, jadilah seperti Kentang. Tetapi, jika kita memilih menolak semua takdir, maka MOOD akan menguasai diri kita.

"MOOD" VS "Filosofi Kentang"
Makassar, 16 April 2013 (Indah Febriany)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar