Oleh: Indah A. Febriany
Hijau,
Gemericik,
Helaan nafas alam terdengar layaknya
orkestra megah,
Ombak kecil sesekali merayu penumpang kapal
tuk tak memalingkan wajah,
Suasana tenang membius batin,
Hamparan karst menyambut setiap
orang dengan tangan terbuka,
Gugusan kecil batu karang menjadi
penunjuk jalan,
Lorong-lorong karst seakan ingin
memeluk erat setiap pengunjung.
Menghabiskan
malam di Rammang-rammang menjadi pengalaman pertama bagiku, setelah beberapa
tahun lebih nyaman berdiam diri dalam kehangatan rumah. Kasur yang embuk serta
suhu yang terjaga, sedikit harus ditinggalkan ketika Anda memutuskan untuk
bermalam di daerah yang namanya memiliki arti “kabut.”
Daerah
yang baru terjamah sekitar awal 2000-an ini terletak di Desa Salenrang,
kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Meski sudah satu dekade
lebih Rammang-rammang dijadikan objek wisata, namun urusan akomodasi masih
terbilang agak sulit, apalagi bagi para pelancong yang datang dari luar kota.
Kecuali, jika nantinya pemerintah daerah Maros menyediakan mobil wisata yang
akan mengantar pengunjung hingga ke dermaga Rammang-rammang.
Ketika
sampai di dermaga, rasa khawatir sedikit berkurang. Ini lantaran, perahu wisata
milik warga sudah siap mengantarkan setiap pengunjung. Namun, ketika Anda
memilih untuk jalur darat juga bisa, tetapi harus sabar menembuh perjalanan
kurang lebih 2 jam perjalanan jika Anda berangkat dari kota Makassar.
Bayangan
kabut atau awan tipis seketika menggodaku ketika mata menangkap pegunungan
karst yang terhampar sejauh mata memandang. Aliran sungai Pute yang sedikit
keru, mengayun lembut perahu yang dijalankan menggunakan bantuan mesin. Tetapi,
sesekali mesin perahu harus dimatikan, apalagi ketika di wilayah yang cukup
sempit dan perahu yang saya tumpangi berpapasan dengan perahu yang lain.
Betapa
ahli para pemilik perahu, ketika harus berbelok diantara karang yang tersusun
tak beraturan. Ibarat sirkuit laga yang mengharuskan si pemilik kendaraan meliak-liuk
menghindari karang. Perjalanan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi
berada di tengah pohon nipah dan pohon bakau khas sungai yang berair payau.
Apalagi, model setiap batuan karst yang unik menambah keeksotisan tempat yang
masih jarang dijamah oleh para pelancong lokal dan mancanegara. Padahal, taman
hutan batu kapur di wilayah Maros-Pangkep ini, satu-satunya di Indonesia. Bukan
hanya itu, Rammang-rammang juga tercatat sebagai pegunungan batu kabur terbesar
ketiga di dunia, setelah taman hutan batu Tsingy di Madagaskar dan taman hutan
batu Shilin yang berada di Tiongkok.
Seketika udara menjadi agak
sedikit pengap ketika perahu melintas lebih dekat dengan kawasan pegunungan
karst. Tetapi, pengapnya hilang terganti takjub yang tak terkira. Ibarat masuk
dalam lorong waktu yang sedikit diterangi cahaya persis berada di atas kepala. Relief
permukaan batu karst begitu menggoda untuk diamati.
Panas
yang menyengat ketika perahu kami merapat di ujung dermaga, lebih tepatnya bisa
dikatakan daratan yang sangat dekat dengan bebatuan karst. Welcome to dermaga
kampong Berua. Menyenangkan! Bisa Anda bayangkan bukan, apalagi yang akan
dijumpai ketika Anda berada di Kampung Berua.
Beberapa
orang terlihat sudah mendirikan tenda ketika kami sampai. Saya hanya mampu
duduk termangu menatap pegunungan karst yang tinggi menjulang, sembari menarik
nafas menghirup segarnya udara yang masih tak terjamah oleh polusi.
Keramahan
penduduk menyambut setiap orang pun begitu menyentuh, senyum kegembiraan
mereka. Mungkin saja karena Rammang-rammang jarang dikunjungi tamu yang begitu
banyak. Ditambah lagi petinggi Sulsel akan bertandan membuka sebuah event
bergengsi bertajuk “Fullmoon Festival.”
Keramahan
penduduk di Rammang-rammang begitu bersahaja. Senyum tulus mereka menandakan
keluguan yang merindukan sapaan lebih banyak pengunjung. Ibarat ruang tamu,
Rammang-rammang jarang digunakan untuk menjamu. Hanya dibiarkan membisu dengan keindahan
yang tersembunyi diantara pegunungan batu karst. Sejumlah objek wisata lainnya
juga akan membuat Anda semakin kagum, seperti telaga bidadari, gua bulu’
barakka’, ada juga gua telapak tangan, dan gua pasaung.
Taman
Hutan Batu Rammang-rammang menunggu lebih banyak orang untuk berkunjung. Senyum
Anda harapan baik bagi para penduduk untuk memperbaiki perekonomian rakyat
mereka. Pastikan destinasi akhir pecan Anda dan keluarga ke Rammang-rammang.