Kehidupan tidak akan berjalan lurus
dan selalu berisi kesenangan. Dimana ada pertemuan, yakinlah disisi bumi yang
lain akan ada perpisahan yang terjadi di waktu yang bersamaan. Begitu pula yang
kualami 2 (dua) bulan yang lalu. Kantor mengutusnya untuk menjabat sebagai
manager di salah satu kantor di pulau Jawa.
Ibarat matahari yang tertutupi awan,
begitulah hari-hariku kini. Pisah dengan kedua orang tua, ponakan yang lucu
serta teman-teman yang selalu setia untuk berbagi memang tidak semudah yang
dibayangkan. Apalagi, kota yang sudah menjadi saksi kisah cinta yang Ia jalani
dengan seseorang.
Langkah terasa berat meninggalkan
semuanya. Namun, kehidupan tidak akan pernah menunggu. Waktu terus saja
meranggak dengan santai, tanpa pernah mau memberikan kesempatan seseorang untuk
menarik nafas.
Semuanya berjalan tanpa pernah ada
daya tuk menghentikan ataupun memutar mundur jarum jam. Roda kehidupan kembali
berjalan normal. Akupun sudah mulai belajar beradaptasi dengan semua hal di
tempat baru ini. Meski, tidak semudah yang dibayangkan.
“Tiiitt….Tiiitttt…Tiiiittt.” Bunyi
handphone di atas meja yang kubiarkan tergeletak begitu saja di dekat printer. Hanya
kepalaku yang kugoyangkan untuk menengok pesan dari siapa yang baru saja
mendarat di ponsel bercasing serba kuning itu.
“Mama…” Gumamku bergegas mengambil
handphone. Berharap ada hal yang akan menyelipkan rasa senang yang sudah lama
ku tinggalkan.
“Lindu,
jika sempat dan punya waktu, tahun baru ini kita berlibur ke Bali. Semua keluarga
setuju. Kami berangkat tanggal 24 Desember nanti. Sampai ketemu di pulau dewata
sayang. Always miss you honey.”
Pesan yang cukup panjang, bagi mama
yang anti mengetik sms. “Pasti, Pras ponakan sulungku yang mengetikkan sms ini,”
pikirku geli jika membayangkan mama akan maksa si gadis tomboy itu.
Meski
demikian, sms tadi seakan mampu menyibak awan tebal yang menghalangi pancaran
matahari dalam kehidupan Lindu Adelweys Zatin Sahari. Wanita yang masih memilih
melajang diusianya yang sudah memasuki usia 30 tahun ini, memang tidak punya jawaban
yang pas jika ada yang menanyakan soal jodoh.
“Masih
2 minggu lagi, semoga semuanya kerjaan beres sebelum tahun baru.” Senyum senang
tak bias disembunyikan dari wajahnya yang manis.
Lindu menggerakkan jemarinya di atas layar
sentuh ponselnya, dan menjawab sms mama dengan perasaan berbunga-bunga. “Iya
ma, saya juga sudah kangen sama semuanya. Kita ketemu di Bali akhir tahun ini.”
Seminggu
berlalu begitu cepat, pekerjaan masih sangat menumpuk. Lindu hanya mampu
mengelus dada dan berharap ada bantuan yang dikirim Tuhan untuk mengatasi
masalahnya. Banyaknya berkas para pelamar yang harus dipelajari dan dieksekusi,
membuatnya hampir mati akal dan mengubur keinginannya berlibur.
Lindu
memang dikirim ke pulau Jawa untuk menempati posisi manager HRD di perusahaan
broadcasting berjaringan. Kebutuhan kantor akan manusia-manusia kreatif dalam
jumlah banyak membuat Lindu kewalahan memeriksa berkas satu per satu, sebelum
akhirnya menggelar tes tertulis dan wawancara secara serempak.
Masih
ada sekitar 50 berkas yang belum tersentuh. Padahal, waktu tinggal 7 hari lagi.
“Come on, everything should be finished
as vacation waiting. Pleaseee .. help me god,” ucap Lindu memegang
kepalanya.
“Something
happens to you, Ms.Lindu,” suara berat Mr. Robert menyentak tubuhnya.
“Everything is fine. No worry. I’m Ok, Mr.
Robert” Bibir Lindu berusaha membentuk senyum tulus pada atasannya.
“I’m not sure, you are Ok. Are you have no
plans to take holiday?”
Lindu
hanya tersenyum pasrah tanpa menjawab. Mr. Robert sangat mengenal siapa Lindu,
wanita yang sudah mengabdi di kantor itu sejak Ia masih kuliah. Sekitar 9 tahun
silam dan sampai saat ini, Lindu terkenal tidak pernah mengeluh meski
pekerjaannya sangat banyak.
“Take off for a few days. Bali can be an
interesting place to visit. There is ticket for you. I think 7 days for
vacation that’s you need at this time,” Mr. Robert menyerahkan tiket dan
meninggalkan Lindu dengan perasaan yang campur aduk antara senang dan bingung.
“Terima
kasih Tuhan, Engkau selalu mengerti apa yang ku butuhkan.”
Pesawat Garuda yang membawa Lindu untuk
berlibur, mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Ngurah Rai. Aroma yang
sejuk menyerbu masuk di kedua hidung wanita yang nyetrik ini. Jilbabnya yang
terurai dan menari-menari disentuh angin laut kotanya Para Dewa.
Ponsel
Ia aktifkan ketika sudah memasuki gedung bandara. Tidak sabar rasanya bertemu
semua keluarga dan melepas rindu. Dengan lincah, jemarinya menjadi nomor ponsel
yang bertuliskan My Lovely Mom.
“Ma..
Saya sudah sampai, sekarang masih nunggu bagasi dulu. Mama dimana?”
“Sudah
diluar nungguin Lindu, ayo cepat.. kita sudah pada lapar nih,” kata mama senang
mendengar anak gadisnya sudah sampai.
“Mama…..
Hai Pras, masih tomboy saja sih. Kirain dah pakai gaun. Kan jemput te’Lin
tersayangnya,” Pras hanya tersenyum dan memeluk tante kesayangannya.
“Mana
yang lain Ma?”
“Sudah
duluan ke Nusa Dua, kita mau makan Bebek Bengil kesukaan kamu?”
“Lho..
Ma, bebek itu bukannya adanya di Ubud kan? Koq Nusa Dua sih?” Lindu antara bingung
dan senang menu santap malamnya bebek bengil.
“Sekarang
sudah ada di Nusa Dua juga, tempatnya keren deh. Pasti kamu suka. Ayo..cepat,
Mama juga sudah lapar nih.” Mereka bergegas meninggalkan Bandara dan menuju
Nusa Dua.
Udara
malam yang dingin, tidak berhasil mengambil rasa gembira yang tak terkira malam
ini. Libur dari tugas yang membuatnya hampir gila beberapa minggu belakangan
ini. Lega rasanya berada ditengah-tengah keluarga yang tak pernah terpisah lama
dengannya.
“Waaahhhh…
kereennn, tempatnya asyiiikkk bangett Ma,” Lindu turun dari mobil dengan wajah
yang sangat senang dan terkagum-kagum. Aroma bebek bengil yang menggairahkan,
seakan memanggilnya ke dalam lebih cepat dari yang bisa dibayangkan oleh
siapapun.
Riuhnya
canda ponakan dan keluarganya, membuat Lindu terdiam dan membatin “Ternyata senang
itu sederhana. Tidak harus memiliki uang segunung atau perusahaan yang besar. Bukan
pula didapatkan dari jabatan yang disegani di kantor. Tetapi, berkumpul,
tertawa bareng serta melihat semua anggota keluarga dalam keadaan sehat, ternyata
memiliki arti yang sangat luar biasa,”
Ya..
senang, berkumpul, berlibur, menghabiskan waktu dengan terus mendekap
orang-orang tersayang akan membuat seseorang menemukan rumah tempat mereka
kembali. Dimana pun itu, rumah akan dijumpai ketika semua anggota keluarga
berkumpul dalam keadaan sehat. Seperti akhir tahun ini, kami berkumpul dan
menghabiskan waktu di pulau Dewata sambil menikmati panorama yang ditawarkan
The Bay Bali.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis
Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get
discovered! (dengan tulisan The Bay Bali yang di link ke website: www.thebaybali.com).